- Wujud, artinya ada.
Sifat mustahilnya 'Adam, artinya tidak ada.
Tidak mudah untuk membuktikan
bahwa ALLAH itu ada, kecuali bagi orang-orang yang beriman.
Memang kita tidak dapat melihat wujud ALLAH secara langsung, tetapi dengan menggunakan akal, kita dapat menyaksikan ciptaan-Nya. Alam semesta ini. Darimana alam semesta ini berasal? Pastilah ada yang menciptakannya. Siapakah Dia yang Maha Agung itu?
Dialah ALLAH SWT (Maha Suci dan Maha Tinggi). Dialah yang mengadakan segala sesuatu dan Dia pulalah yang menciptakan alam semesta beserta isinya, termasuk diri kita.
Memang kita tidak dapat melihat wujud ALLAH secara langsung, tetapi dengan menggunakan akal, kita dapat menyaksikan ciptaan-Nya. Alam semesta ini. Darimana alam semesta ini berasal? Pastilah ada yang menciptakannya. Siapakah Dia yang Maha Agung itu?
Dialah ALLAH SWT (Maha Suci dan Maha Tinggi). Dialah yang mengadakan segala sesuatu dan Dia pulalah yang menciptakan alam semesta beserta isinya, termasuk diri kita.
Sesungguhnya Rabb kamu ialah ALLAH yang
telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas
Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya
pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada
perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintahkan hanyalah hak ALLAH. Maha
suci ALLAH, Rabb semesta alam. (QS. Al-A'râf: 54)
- Qidam, artinya dahulu
atau awal. Sifat mustahilnya Hudûs, artinya baru.
Maksudnya, adanya ALLAH adalah
yang paling awal sebelum adanya alam semesta ini. Adanya ALLAH berbeda dengan
adanya alam semesta beserta isinya. Perbedaan tsb terdapat pada kejadian dan
prosesnya.
Kita ambil contoh: Adanya hujan didahului oleh terjadinya penguapan air laut.
Terjadinya pemuaian logam didahului oleh adanya panas.
Berbeda dengan alam semesta ini, adanya ALLAH tidak didahului oleh sebab-sebab tertentu, karena ALLAH zat yang paling awal. ALLAH adalah pencipta alam semesta, tidak mungkin hasil ciptaan lebih dulu ada dari Sang Penciptanya.
Kita ambil contoh: Adanya hujan didahului oleh terjadinya penguapan air laut.
Terjadinya pemuaian logam didahului oleh adanya panas.
Berbeda dengan alam semesta ini, adanya ALLAH tidak didahului oleh sebab-sebab tertentu, karena ALLAH zat yang paling awal. ALLAH adalah pencipta alam semesta, tidak mungkin hasil ciptaan lebih dulu ada dari Sang Penciptanya.
Dialah yang Awal dan yang Akhir, yang
Zhahir dan yang Bathin; dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu. (QS.
Al-Hadîd: 3)
- Baqa', artinya kekal.
Sifat mustahilnya Fana, artinya rusak.
Semua makhluk yang ada di alam
semesta ini, baik itu manusia, binatang, tumbuhan, planet, bintang, bulan, dll,
suatu saat akan mengalami kerusakan dan akhirnya mengalami kehancuran. Manusia,
betapa pun gagah perkasa dirinya, suatu saat pasti mati.
Apapun wujudnya, seluruh ciptaan ALLAH di dunia ini akan mengalami kerusakan. Hanya ALLAH SWT, Sang Pencipta, yang tidak akan rusak dan hancur, karena ALLAH bersifat kekal.
Apapun wujudnya, seluruh ciptaan ALLAH di dunia ini akan mengalami kerusakan. Hanya ALLAH SWT, Sang Pencipta, yang tidak akan rusak dan hancur, karena ALLAH bersifat kekal.
Semua yang ada di bumi itu akan binasa.
Dan tetap kekal Wajah Rabb-mu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan. (QS.
Ar-Rahmân: 26-27)
Sungguh, betapa hina dan
lemahnya kita di hadapan ALLAH, betapa tidak patutnya kita berbangga diri
dengan kehebatan kita, karena segala kehebatan itu hanyalah sementara. Kelak
semua akan berakhir, yang tersisa hanyalah amalan kita. Oleh sebab itu
perbanyaklah amal selagi kita masih diberi kelapangan waktu di dunia ini. Dan
bertaubatlah dengan kesalahan-kesalahan kita selagi kematian belum menghampiri
kita.
- Mukhalafatuhu lil hawadits, artinya berbeda dengan ciptaannya. Sifat mustahilnya Mumatsalatuhu
lil hawadits, artinya serupa dengan ciptaannya.
Sifat ini menjelaskan bahwa
ALLAH berbeda dengan hasil ciptaan-Nya.
Coba kita gunakan analogi, pelukis dengan lukisannya, pembuat patung dengan patung karyanya, apakah ada kesamaan antara pencipta dengan hasil ciptaannya? tentu tidak bukan? Bahkan robot yang paling canggih dan mirip dengan manusia sekalipun tidak akan sama dengan manusia penciptanya.
Begitulah ALLAH, Sang Pencipta, sudah pasti berbeda dengan ciptaan-Nya.
Coba kita gunakan analogi, pelukis dengan lukisannya, pembuat patung dengan patung karyanya, apakah ada kesamaan antara pencipta dengan hasil ciptaannya? tentu tidak bukan? Bahkan robot yang paling canggih dan mirip dengan manusia sekalipun tidak akan sama dengan manusia penciptanya.
Begitulah ALLAH, Sang Pencipta, sudah pasti berbeda dengan ciptaan-Nya.
... Tidak ada sesuatu pun yang serupa
dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (QS.
Asy-Syûra: 11)
Dengan memahami sifat ALLAH ini,
semoga kita tidak akan terjebak pada perbuatan takhyul dan syirik, yaitu
menyembah selain ALLAH atau menyekutukan ALLAH. Tak ada suatu pun selain ALLAH
yang pantas disembah. Menyembah selain ALLAH adalah perbuatan yang hina dan
merendahkan martabat manusia sendiri.
- Qiyamuhu binafsihi, artinya berdiri sendiri tanpa membutuhkan bantuan yang
lain. Sifat mustahilnya Ihtiyaju lighairihi, artinya berdiri
dengan bantuan yang lain.
Keberadaan makhluk ALLAH, tidak
lepas dari bantuan yang lain. Manusia lahir karena ada kedua orangtuanya,
tumbuh dan berkembang karena dipelihara dan dirawat oleh orangtuanya. Bahkan
setelah besar pun, manusia tetap tidak bisa hidup tanpa bantuan orang lain.
ALLAH, tidak ada Ilah (yang berhak
disembah) melainkan Dia. Yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus
makhluk-Nya. (QS. Ali-Imran: 2)
Sadarlah kita, bahwa ternyata
kita ini makhluk yang sangat lemah, karena tidak mampu hidup tanpa bantuan
orang lain. Semoga kita pun menyadari pentingnya berbuat kebajikan dengan
sesama. Karena itu sungguh tepat jika ALLAH memerintahkan kita untuk saling
tolong-menolong dalam kebajikan dan taqwa.
... Dan tolong-menolonglah kamu dalam
(mengerjakan) kebajikan dan taqwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat
dosa dan pelanggaran. Dan bertaqwalah kamu kepada ALLAH, sesungguhnya ALLAH
amat berat siksa-Nya. (QS. Al-Mâidah: 2)
- Wahdaniyyah,
artinya esa atau tunggal. Sifat mustahilnya Ta'addud,
artinya berbilang atau lebih dari satu.
Keesaan ALLAH itu mutlak.
Artinya keesaan ALLAH meliputi zat, sifat, maupun perbuatan-Nya.
Meyakini keesaan ALLAH, merupakan hal yang sangat prinsipil, sehingga seseorang dianggap muslim atau tidak, tergantung pada pengakuan tentang keesaan ALLAH. Ini bisa kita lihat bahwa untuk menjadi seorang muslim, seseorang harus bersaksi terhadap keesaan ALLAH, yaitu dengan membaca syahadat tauhid yang berbunyi Aku bersaksi tiada Tuhan selain ALLAH. Meyakini keesaan ALLAH juga merupakan inti ajaran para nabi, sejak Nabi Adam AS hingga Nabi Muhammad SAW.
Meyakini keesaan ALLAH, merupakan hal yang sangat prinsipil, sehingga seseorang dianggap muslim atau tidak, tergantung pada pengakuan tentang keesaan ALLAH. Ini bisa kita lihat bahwa untuk menjadi seorang muslim, seseorang harus bersaksi terhadap keesaan ALLAH, yaitu dengan membaca syahadat tauhid yang berbunyi Aku bersaksi tiada Tuhan selain ALLAH. Meyakini keesaan ALLAH juga merupakan inti ajaran para nabi, sejak Nabi Adam AS hingga Nabi Muhammad SAW.
Mustahil ALLAH lebih dari satu.
Apabila itu terjadi, tentulah tidak akan tercipta alam semesta yang teratur
ini. Keteraturan alam semesta telah membuktikan pada kita bahwa ALLAH itu
Tunggal.
Sekiranya ada di langit dan di bumi
ilah-ilah selain ALLAH, tentulah keduanya itu sudah rusak binasa. Maka Maha
Suci ALLAH yang mempunyai Arsy daripada apa yang mereka sifatkan. (QS.
Al-Anbiyâ: 22)
Dengan menghayati sifat wahdaniyyah
ini, kita akan terhindar dari berbagai paham ketuhanan. Ada 2 macam paham ketuhanan, yaitu monoteisme
dan politeisme. Monoteisme menyatakan bahwa Tuhan adalah satu, sedang
politeisme menyatakan bahwa tuhan lebih dari satu. Agama-agama yang memiliki
kepercayaan banyak dewa dan dewi yang mengatur alam semesta ini, adalah salah
satu contoh paham politeisme.
Islam adalah agama yang mengakui paham monoteisme secara mutlak. Tuhan dalam Islam hanyalah ALLAH, Pencipta dan Pengatur Alam Raya beserta isinya.
Islam adalah agama yang mengakui paham monoteisme secara mutlak. Tuhan dalam Islam hanyalah ALLAH, Pencipta dan Pengatur Alam Raya beserta isinya.
- Qudrah, artinya berkuasa.
Sifat mustahilnya 'Ajzun, artinya lemah.
Kekuasaan ALLAH adalah kekuasaan
yang sempurna, karena kekuasaan ALLAH tidak terbatas. Hal ini tentu berbeda
dengan manusia yang mempunyai kelemahan dan keterbatasan. Bagi ALLAH, jika
ALLAH telah berkehendak melakukan atau tidak melakukan sesuatu, maka tidak ada
suatu pun yang dapat menghalangi-Nya.
... Sesungguhnya ALLAH berkuasa atas
segala sesuatu. (QS. Al-Baqarah: 20)
Sungguh tidak patut kita sebagai
manusia bersifat sombong dengan kekuasaan yang kita miliki, karena sebesar apa
pun kekuasaan kita, kekuasaan ALLAH pasti lebih besar, dan yang Terbesar. Jika
ALLAH berkehendak, Dia dapat menghilangkan kekuasaan kita dalam sekejap, dan
kita tak akan berdaya untuk mempertahankannya.
- Iradah, artinya berkehendak.
Sifat mustahilnya Karahah, artinya terpaksa.
ALLAH memiliki sifat selalu
berkehendak. Kehendak ALLAH sesuai kemauan ALLAH sendiri, tak ada rasa terpaksa
atau dipaksa oleh pihak lain. Kehendak ALLAH juga tidak dipengaruhi oleh pihak
lain. Kehendak ALLAH tidak terbatas, karena Ia dapat melakukan apa saja tanpa
ada kuasa lain yang dapat mencegah-Nya.
Manusia juga berkehendak, tapi kehendak manusia adalah terbatas pada kemampuannya sendiri.
Manusia juga berkehendak, tapi kehendak manusia adalah terbatas pada kemampuannya sendiri.
- Manusia
boleh berkehendak, namun ALLAH jualah yang menentukan hasilnya.
- Maksud
hati ingin memeluk gunung, apa daya tangan tak sampai.
- Sepandai-pandai
tupai melompat, akhirnya akan jatuh juga.
- Di
atas langit masih ada langit.
Ungkapan-ungkapan di atas
menunjukkan bahwa manusia memiliki keterbatasan, sedang ALLAH memiliki segala
kehendak yang tidak terbatas. Meskipun demikian, ALLAH memberi kebebasan pada
manusia untuk berusaha dan berkehendak, namun semua terpulang pada kehendak
ALLAH dan kita harus berserah diri menerima apapun hasilnya.
- Ilmu, artinya mengetahui.
Sifat mustahilnya Jahlun, artinya bodoh.
Segala yang ada di alam raya
ini, baik yang besar maupun yang kecil, yang terlihat maupun yang tersembunyi,
tidak ada yang luput dari pengetahuan ALLAH. ALLAH Maha Luas ilmunya, begitu
luasnya ilmu ALLAH sehingga jika seluruh air di lautan ini dijadikan tinta dan
seluruh pohon dijadikan alat tulisnya, tak akan mampu menuliskan ilmu ALLAH.
Kita sering kagum atas
kecerdasan dan ilmu yang dimiliki orang-orang pintar di dunia ini. Kita takjub
akan indahnya karya dan canggihnya teknologi yang diciptakan manusia.
Sadarkah kita, bahwa ilmu yang kita saksikan itu hanyalah sebagian kecil saja yang diberikan ALLAH pada otak kita?
Sadarkah kita, bahwa ilmu yang kita saksikan itu hanyalah sebagian kecil saja yang diberikan ALLAH pada otak kita?
Sungguh, ilmu ALLAH jauh
melampaui semua itu, begitu tingginya ilmu ALLAH sehingga terkadang kita tak
mampu untuk mengikuti dan memahaminya.
Katakanlah (kepada mereka): Apakah kamu
akan memberitahukan kepada ALLAH tentang agamamu (keyakinanmu), padahal ALLAH
mengetahui apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi, dan ALLAH Maha
Mengetahui segala sesuatu. (QS. Al-Hujurât: 16)
Semoga dengan memahami sifat ilmu
ini, kita sebagai hamba akan terdorong untuk terus menimba ilmu, selagi kita
hidup, karena kita sadar bahwa sebanyak apapun ilmu yang telah kita ketahui, masih
lebih banyak lagi ilmu yang belum kita diketahui. Semakin banyak ilmu kita,
mudah-mudahan juga menambah rasa kagum dan syukur kita kepada ALLAH. Betapa
hebatnya Ia, betapa tinggi ilmu-Nya, dan betapa kepandaian kita ini belum
apa-apa dibandingkan dengan kepandaian ALLAH.
- Hayat, artinya hidup.
Sifat mustahilnya Mautun, artinya mati.
Hidupnya ALLAH berbeda dengan
hidupnya manusia. Perbedaan itu antara lain dapat kita lihat bahwa ALLAH hidup
tanpa ada yang menghidupkan. Manusia dan makhluk hidup lain hidup karena
dihidupkan oleh ALLAH SWT.
ALLAH hidup tidak bergantung dengan yang lain, sedang manusia hidupnya sangat bergantung dengan yang lain.
ALLAH hidup selama-lamanya, tidak mengalami kematian, bahkan mengantuk pun tidak. Manusia suatu saat pasti akan mengalami mati.
ALLAH hidup tidak bergantung dengan yang lain, sedang manusia hidupnya sangat bergantung dengan yang lain.
ALLAH hidup selama-lamanya, tidak mengalami kematian, bahkan mengantuk pun tidak. Manusia suatu saat pasti akan mengalami mati.
ALLAH tidak ada Ilah (yang berhak
disembah) melainkan Dia yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus
(makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur... Al-Baqarah: 255
ALLAH Maha Hidup, tidak
mengantuk, tidak tidur, apalagi mati. Dan selama itu pula ALLAH selalu mengurus
dan mengawasi seluruh makhluk ciptaan-Nya. Oleh sebab itu hendaknya kita selalu
berhati-hati dalam segala tindakan, karena gerak-gerik kita selalu diawasi dan
dicatat oleh ALLAH, tak ada yang terlewatkan. Kelak di akhirat seluruh amalan
tsb harus kita pertanggungjawabkan.
- Sama, artinya mendengar.
Sifat mustahilnya Samamum, artinya tuli.
ALLAH Maha Mendengar.
Pendengaran ALLAH tidak terbatas dan tidak terhalang oleh jarak, ruang, dan
waktu. Selemah apa pun suara, ALLAH mendengarnya. Berbeda dengan manusia,
pendengarannya sangat terbatas. Meski saat ini teknologi manusia sudah maju,
untuk mendengar suara jarak jauh sudah bisa diatasi dengan media elektronik,
namun jangkauannya tetap masih terbatas. Suara bisikan, suara yang terhalang
oleh benda-benda tertentu, tetap tidak bisa kita dengarkan. Pendengaran manusia
juga mengalami penurunan seiring dengan semakin tuanya kita.
Tapi pendengaran ALLAH tidak
demikian. ALLAH bisa mendengar suara yang sehalus apapun tanpa memerlukan alat
bantu apapun. Pendengaran ALLAH tidak akan melemah sampai kapanpun.
...Dan ALLAH-lah yang Maha Mendengar lagi
Maha Mengetahui. (QS. Al-Mâidah: 76)
Dengan menyadari sifat sam'un
ALLAH ini, semestinyalah kita senantiasa bertingkah laku, bersikap, berbicara,
dan berpikir dengan bahasa yang santun dan mengeluarkan ucapan-ucapan yang baik
lagi bermanfaat. Karena ALLAH selalu mendengar segala perkataan manusia, baik
yang terucap maupun hanya sekedar bisikan di dalam hati.
- Basar, artinya melihat.
Sifat mustahilnya 'Ama, artinya buta.
Mustahil ALLAH buta, karena
ALLAH Maha sempurna, termasuk sempurna penglihatan-Nya. Penglihatan ALLAH
bersifat mutlak, tidak terhalang oleh apa pun. ALLAH melihat segala sesuatu,
baik yang besar dan kecil, yang nampak dan tersembunyi. Penglihatan ALLAH
bersifat terus-menerus, ALLAH tidak pernah lalai walau sedetik pun dari melihat
segala perbuatan kita.
Sesungguhnya ALLAH mengetahui apa yang
ghaib di langit dan di bumi. Dan Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. (QS.
Al-Hujurât: 18)
Dengan memahami sifat basar
ALLAH ini, hendaknya kita selalu berhati-hati dalam berbuat. Kita sadar bahwa
kita tidak bisa membohongi atau menyembunyikan kebohongan apa pun di hadapan
ALLAH. Kepada manusia kita bisa berbohong, tapi tidak terhadap ALLAH, karena
ALLAH melihat segala perbuatan kita.
Kelak di kemudian hari akan ditampakkan segala perbuatan dan kebohongan yang kita sembunyikan. Oleh sebab itu berbuat baiklah selalu, supaya kita tidak perlu merasa takut dan cemas jika suatu saat seluruh perbuatan kita akan disaksikan dan dimintakan pertanggujawabannya.
Kelak di kemudian hari akan ditampakkan segala perbuatan dan kebohongan yang kita sembunyikan. Oleh sebab itu berbuat baiklah selalu, supaya kita tidak perlu merasa takut dan cemas jika suatu saat seluruh perbuatan kita akan disaksikan dan dimintakan pertanggujawabannya.
- Kalam, artinya berkata
atau berfirman. Sifat mustahilnya Bukmum, artinya bisu.
Bukti ALLAH bersifat kalam
dapat kita lihat dari kitab-kitab-Nya yang diturunkan kepada para nabi dan
rasul-Nya.
Al-Quran yang sering kita baca dan kita lafadzkan setiap hari, adalah firman ALLAH yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW.
Al-Quran yang sering kita baca dan kita lafadzkan setiap hari, adalah firman ALLAH yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW.
...Dan ALLAH telah berbicara kepada Musa
dengan langsung. (QS. An-Nisâ: 164).
Adanya firman ALLAH menjadi
bukti bagi kita bahwa ALLAH memperhatikan kita sebagai hamba-Nya. Dengan
perantara nabi dan rasul, ALLAH membimbing manusia untuk melakukan amal saleh
sesuai yang diajarkan dalam kitab ALLAH.
Dari firman ALLAH juga, kita dapat mengetahui sejarah dan kisah umat-umat terdahulu, sehingga kita dapat mengambil hikmah, mengikuti yang haq dan meninggalkan yang bathil.
Dari firman ALLAH juga, kita dapat mengetahui sejarah dan kisah umat-umat terdahulu, sehingga kita dapat mengambil hikmah, mengikuti yang haq dan meninggalkan yang bathil.
14. Qadiran, artinya Dzat Yang Maha Berkuasa. Sifat
mustahilnya kaunuhu ‘ajiyan, artinya Dzat yang lemah.
Ditegaskan dalam Al-Qur’an,
“Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu.” (Q.S. Al-Baqarah: 20).
15. Muridan, artinya Dzat Yang Maha Berkehendak. Sifat
mustahilnya kaunuhu karihan, artinya Dzat yang terpaksa.
Ditegaskan dalam Al-Qur’an,
“Sesungguhnya Tuhanmu Maha melaksanakan apa yang Dia kehendaki.” (Q.S. Huud:
107).
16. ‘Aliman, artinya Dzat Yang maha Mengetahui. Sifat
mustahilnya kaunuhu jahilan, artinya Dzat yang bodoh.
Ditegaskan dalam Al-Qur’an, “Dan
Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (Q.S. An-Nisa: 176).
17. Hayyan, artinya Dzat Yang Hidup. Sifat mustahilnya mayyitan, artinya Dzat yang
mati.
Ditegaskan dalam Al-Qur’an, “Dan
bertawakkallah kepada Allah yang hidup kekal dan yang tidak mati.” (Q.S.
Al-Furqaan: 58).
18. Sami’an, artinya Dzat Yang Maha Mendengar. Sifat
mustahilnya kaunuhu ashama, artinya Dzat yang tuli.
Ditegaskan dalam Al-Qur’an,
“Allah Maha Mendengar dan Maha Mengetahui.” (Q.S. Al-Baqarah: 256).
19. Bashiran, artinya Dzat Yang Maha Melihat. Sifat
mustahilnya kaunuhu ‘ama, artinya Dzat yang buta.
Ditegaskan dalam Al-Qur’an, “Dan
Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. Al-Hujurat: 18).
20. Mutakalliman, artinya Dzat Yang Berfirman. Sifat mustahilnya kaunuhu abkama, artinya Dzat yang bisu.
Ditegaskan dalam Al-Qur’an, “Dan
Allah telah berbicara kepada Musa dengan langsung.” (Q.S. An-Nisa: 164)
No comments:
Post a Comment